Rabu, 18 Januari 2012

Intisari Senyawa Kompleks dari Buku Taro Saito


Nama: Sri Harany 
NIM: 1011C1017
Prodi: S1 Analis Klinis
Tugas Aplikom




Judul               : Kimia Anorganik
Penulis            : Taro Saito
Penerjemah    : Prof. Dr. Ismunandar
Tahun             : 2008
Diambil dari BAB 6


INTISARI SENYAWA KOMPLEKS DARI BUKU TARO SAITO

Pengertian senyawa kompleks
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA ( disodium ethylendiamintetraasetat/ tritiplex/ komplekson, dll ). Titrasi kompleksometri ini ada 3 macam, yaitu langsung, tidak langsung, dan substitusi. tergantung sifat zat yang akan ditentukan, misalnya calcium, maka indikator yang dipakai, pH dll akan berbeda, dalam titrasi kompleksometri juga. Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion – ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.
Salah satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion kompleks.
Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan koordinasi. Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat.
Ligan adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan elektron bebas kepada ion pusat. Ligan ada yang netral dan bermuatan negatif atau positif. Pemberian nama pada ligan disesuaikan dengan jenis ligannya. Bila ada dua macam ligan atau lebih maka diurutkan menurut abjad.
Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung kation logam pusat yang berikatan dengan satu atau lebih ion atau molekul (ligan). Senyawa kompleks terbentuk dari ion logam dan ligan. Pada umumnya ion logam yang digunakan adalah: ion logam transisi golongan 3-11 dengan konfigurasi elektron [gas mulia] nd1-9, sedang ligan yang terkoordinasi adalah basa Lewis. Struktur dan sifat Senyawa kompleks serta syarat kestabilan telah banyak diteliti dan dipelajari. Sementara itu ion logam dengan konfigurasi elektron [gas mulia] nd10, yang disebut sel tertutup (closed shell) kurang diperhatikan karena strukturnya selalu teratur dan sederhana. Ion logam sel tertutup ini adalah ion logam golongan 11 dengan bilangan oksidasi +1 dan golongan 12 yang berbilangan oksidasi +2. Struktur kompleks ion logam d10 ini telah didominasi dengan struktur yang dapat diramalkan, misalnya: struktur kompeks kation [Ag(NH3)2]+ adalah linier dengan koordinasi dua dan kompleks kation [Zn(NH3)4]2+ adalah tetraeder dengan koordinasi empat. Selain itu Senyawa kompleks dari ion logam d10 jarang diteliti karena warnanya selalu putih, bersifat diamagnetik dan energi penstabilan medan ligan berharga nol.
Penggolongan ligan
Atom dalam suatu ligan yang terikat langsung dengan atom logam disebut atom donor. Bilangan koordinasi dalam suatu senyawa koordinasi adalah banyaknya atom donor di seputar atom logam pusat dalam ion kompleks. Berdasarkan pada banyaknya atom donor, ligan dapat digolongkan menjadi:
1. Ligan monodentat (1 atom donor), contoh : H2O, NH3, Cl-
2. Ligan bidentat (2 atom donor), contoh : etilenadiamina
3. Ligan polidentat (lebih dari 2 atom donor), contoh : EDTA
Tata nama senyawa kompleks
Pada dasarnya, dalam memberi nama suatu senyawa kompleks langkah – langkah yang dilakukan adalah
1. Dalam menamai sebuah ion kompleks, ligan disebutkan sebelum ion logam
2. Nama-nama ligan dituliskan sesuai urutan alfabetis. (awalan yang menunjukkan jumlah tidak memengaruhi urutan alfabetis)
o Berikan awalan pada ligan-ligan sesuai jumlahnya. Ligan-ligan monodentat memiliki awalan : di-, tri-, tetra-, penta-, heksa-, dst. sesuai jumlahnya. Ligan-ligan polidentat diberi awalan bis-, tris-, tetrakis-, dst.
o Ligan anion diakhiri dengan huruf 'o', misalnya sulfat menjadi sulfato, dan jika anion tersebut memiliki akhiran -ida, maka akhiran tersebut dihilangkan misalnya sianida menjadi siano.
o Ligan netral diberikan nama umumnya, kecuali amina untuk NH3, aqua atau aquo untuk H2O, karbonil untuk CO, dan nitrosil untuk NO
3. Tuliskan nama ion/atom pusat. Jika ion kompleks tersebut merupakan sebuah anion, nama atom pusat diakhiri dengan -at, dan menggunakan nama Latinnya. Jika tidak, maka atom pusat dituliskan dengan nama umumnya dalam bahasa Indonesia. Jika diperlukan, tulis bilangan oksidasinya dalam angka romawi (atau 0), dalam tanda kurung.
4. Jika kompleks tersebut merupakan senyawa ion, tuliskan nama kation sebelum nama anion dipisahkan dengan spasi. Jika kompleks tersebut merupakan ion bermuatan, tuliskan kata "ion" sebelum nama kompleks tersebut
Contoh:
[NiCl4]2− → ion tetrakloronikelat(II)
[CuNH3Cl5]3− → ion aminapentaklorokuprat(II)
[Cd(en)2(CN)2] → disianobis(etilendiamin)kadmium(II)
[Co(NH3)5Cl]SO4 → pentaaminaklorokobalt(III) sulfat
Salah satu contoh kriteria struktur senyawa kompleks
Senyawa kompleks terbentuk dari ion logam dan ligan. Pada umumnya ion logam yang digunakan adalah: ion logam transisi golongan 3-11 dengan konfigurasi elektron [gas mulia] nd1-9, sedang ligan yang terkoordinasi adalah basa Lewis. Struktur dan sifat Senyawa kompleks serta syarat kestabilan telah banyak diteliti dan dipelajari. Sementara itu ion logam dengan konfigurasi elektron [gas mulia] nd10, yang disebut sel tertutup (closed shell) kurang diperhatikan karena strukturnya selalu teratur dan sederhana. Ion logam sel tertutup ini adalah ion logam golongan 11 dengan bilangan oksidasi +1 dan golongan 12 yang berbilangan oksidasi +2. Struktur kompleks ion logam d10 ini telah didominasi dengan struktur yang dapat diramalkan, misalnya: struktur kompeks kation [Ag(NH3)2]+ adalah linier dengan koordinasi dua dan kompleks kation [Zn(NH3)4]2+ adalah tetraeder dengan koordinasi empat. 
Bilangan Koordinasi Senyawa Kompleks
Bilangan koordinasi ditentukan oleh ukuran atom logam pusat, jumlah elektron d, efek sterik ligan. Dikenal kompleks dengan bilangan koordinasi antara 2 dan 9. Khususnya kompleks bilangan koordinasi 4 sampai 6 adalah yang paling stabil secara elektronik dan secara geometri dan kompleks dengan bilangan koordinasi 4-6 yang paling banyak dijumpai. Kompleks dengan berbagai bilangan koordinasi dideskripsikan di bawah ini.
Kompleks berbilangan koordinasi dua 
Banyak ion yang kaya elektron d10, misalnya: Cu+, Ag+, dan Au+, membentuk kompleks linear seperti [Cl-Ag-Cl]- atau [H3N-Au-NH3]-. Kompleks dengan valensi nol [Pd(PCy3)2] dengan ligan yang sangat meruah trisikloheksilfosfin juga dikenal. Umumnya, kompleks berkoordinasi 2 dikenal untuk logam transisi akhir.
Kompleks berbilangan koordinasi tiga 
Walaupun [Fe{N(SiMe3)3}3] adalah salah satu contoh, komplek dengan bilangan koordinasi 3 jarang diamati.
Kompleks berbilangan koordinasi empat
Bila empat ligan berkoordinasi pada logam, koordinasi tetrahedral (Td) adalah geometri yang paling longgar, walaupun sejumlah kompleks bujur sangkar (D4h) juga dikenal. [CoBr4]2-, Ni(CO)4, [Cu(py)4]+, [AuCl4]- adalah contoh-contoh kompleks tetrahedral. Ada beberapa kompleks bujur sangkar dengan ligan identik, seperti [Ni(CN)4]2-, atau [PdCl4]2-. Dalam kasus kompleks ligan campuran, sejumlah kompleks bujur sangkar ion d8, Rh+, Ir+, Pd2+, Pt2+, dan Au3+, telah dilaporkan. Contohnya termasuk [RhCl(PMe3)3], [IrCl(CO)(PMe3)2], [NiCl2(PEt3)2], dan [PtCl2(NH3)2] (Et =C2H5).
Kompleks berbilangan koordinasi lima 
Contoh kompleks berbilangan koordinasi lima adalah trigonal bipiramidal (D3h) Fe(CO)5 atau piramida bujur sangkar (C4v) VO(OH2)4. Dulunya, kompleks berbilangan koordinasi lima jarang namun jumlahnya kini meningkat. Perbedaan energi antara dua modus koordinasi (nbipiramida dan piramida bujursangakar, pentj) ini tidak terlalu besar dan transformasi struktural mudah terjadi. Misalnya, struktur molekular dan spektrum Fe(CO)5 konsisiten dengan struktur bipiramid trigonal, tetapi spektrum NMR 13C menunjukkan satu sinyal pada suhu rendah, yang mengindikasikan bahwa ligan karbonil di aksial dan ekuatorial mengalami pertukaran dalam skala waktu NMR (10-1~10-9 s). Transformasi struktural berlangsung melalui struktur piramid bujur sangkar dan mekanismenya dikenal dengan pseudorotasi Berry.
Kompleks berbilangan koordinasi enam 
Bila enam ligan berkoordinasi dengan atom pusat, koordinasi oktahedral (Oh) yang paling stabil dan mayoritas kompleks memiliki struktur oktahedral. Khususnya, ada sejumlah kompleks Cr3+ dan Co3+ yang inert pada reaksi pertukaran ligan, dinyatakan dengan [Cr(NH3)6]3+ atau [Co(NH3)6]3+. Keduanya khususnya penting dalam sejarah perkembangan kimia koordinasi. [Mo(CO)6], [RhCl6]3-, dsb. juga merupakan kompleks oktahedral. Dalam kasus ligan campuran, isomer geometri cis- dan trans-[MA4B2] dan mer- dan fac-[MA3B3], dan untuk ligan khelat ∆-[M(A-A)3] dan Λ-[M(A-A)3] isomer optik, mungkin terjadi. Struktur oktahedral menunjukkan distorsi tetragonal (D4h), rombik (D2h), trigonal (D3h) yang disebabkan efek elektronik atau sterik. Distorsi tetragonal [Cr(NH3)6]3+ oleh faktor elektronik adalah contoh khas efek Jahn-Teller.
Atom dengan koordinasi enam dapat berkoordinasi prisma trigonal. Walaupun koordinasi ini diamati di [Zr(CH3)6]2- atau [Re{S2C2(CF3)2}3], kompleks logam jarang berkoordinasi prisma trigonal karena koordinasi oktahedral secara sterik lebih natural. Walaupun demikian telah lama dikenal bahwa belerang di sekitar logam adalah prisma trigonal dalam padatan MoS2 dan WS2.
Kompleks berbilangan koordinasi lebih tinggi dari enam 
Ion logam transisi deret kedua dan ketiga kadang dapat mengikat tujuh atau lebih ligan dan misalnya [Mo(CN)8]3- atau [ReH9]2-. Dalam kasus-kasus ini, ligan yang lebih kecil lebih disukai untuk menurunkan efek sterik.
Geometri senyawa kompleks
Bilangan koordinasi Struktur:
2 Linier [Cl-Ag-Cl]-, [H3N-Au-NH3]-
3 Segitiga planar [Fe{N(SiMe3)3}3]
4 Tetrahedral [CoBr4]2-, [Ni(CO)4], [Cu(py)4]+, [AuCl4]-
4 Segiempat Planar [RhCl(PMe3)3], [IrCl(CO)(PMe3)2], [NiCl2(PEt3)2], dan [PtCl2(NH3)2]
5 Trigonal bipiramida [Fe(CO)5]
6 Oktahedral [Cr(NH3)6]3+, [Co(NH3)6]3+, [Mo(CO)6], [RhCl6]3-





Sabtu, 14 Januari 2012

Poster Kimfis

Add caption

Microsoft Word





a.       Mengcopi dan memindahkan isi Cells
·         Mengcopi cells
-        Blok cells yang ingin di copi, pilih menu Copy (Ctrl+C)
-        Pilih cells untuk menempatkan hasil copy-an, pilih menu Paste (Ctrl+V) untuk mengeluarkan isi copy-an.
·         Memindahkan cells
-        Blok cells yang ingin dipindahkan, pilih menu Copy (Ctrl+C)
-        Pilih cells untuk menempatkan hasil pindahan, pilih menu Paste (Ctrl+V)

b.      Membuat nomor atau bulan berurutan
·         Ketik angka pertama dan kedua secara berurutan pada cells yang diinginkan, begitu pula dengan bulan yang dimaksud.
·         Kemudian tarik sesuai dengan angka atau bulan yang diinginkan 






·         Blok cells yang ingin digabungkan, pada Format Cells pilih Alignment dan tandai / klik Merge Cells – Ok
·         Atau pada menu utama klik Symbol  

d.       Mentengahkan teks
·         Aktifkan format cells pilih Alignment

·         Pada horizontal pilih center
·         Pada vertical pilih center
·         Klik Ok

e.       Mengatur tata letak teks
·         Klik cells dimana terdapat teks yang akan diatur
·         Pilih Alignment dan pada orientasi aturlah tata letak dan derajat kemiringan teks
·         Klik Ok

f.       Membuat garis table
·         Blok seluruh cells yang ingin diberi garis table
·         Pada format cells pilih Border
·         Pilih garis table yang diinginkan klik Ok

g.       Membuat symbol mata uang
·         Blok seluruh cells yang ingin diberi symbol mata uang
·         Buka format cells pada tab number pilih category Accounting
·         Pilih mata uang yang diinginkan pada kolom symbol
·         Isikan angka 0 (nol) pada decimal places dan klik Ok


h.       Membuat nama satuan pada penulis angka
·         Blok cells yang yang berisi angka
·         Buka format cells pada tab number pilih category Custom
·         Pada type pilihan yang sesuai dengan keinginan. Misalkan 0 “unit” (unit nama satuan unit)
·         Klik Ok

i.       Membuat warna pada cells
·         Pilih cells yang akan diberikan warna
·         Buka format cells, pada tab Fill pilih warna yang sesuai
·         Untuk warna-warna yang berpola pilih Pattern Color atau Pattern Style
·         Klik Ok



































Titrasi Potensiometri menghitung kadar NaHCO3


Hari/tanggal: Senin / 24 Oktober 2011
Judul percobaan: Titrasi Potensiometri
Tujuan:         
Menentukan TE dan perhitungan TE dan juga pembuatan grafik pH
Prinsip:
NaHCO3 ditimbang 0,15 gram lalu larutkan dengan air sebanyak 200 ml. Titras dengan larutan HCl dan ukur pH nya setiap penambahan 1 ml sebanyak 25 ml.
Teori dasar:
Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua (titrasi langsung), ion dapat dititrasi dan potensialnya  diukur sebagai fungsi volume titran.  Potensial sel, diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen. Suatu petensial sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia.
Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator.
Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran. Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter khusus.  Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan.
Reaksi-reaksi yang berperan dalam pengukuran titrasi potensiometri   yaitu reaksi pembentukan kompleks reaksi netralisasi dan pengendapan dan reaksi redoks. Pada reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan, endapan yang terbentuk akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan.  Umumnya digunakan elektroda Ag dan Hg, sehingga berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA. Reaksi netralisasi terjadi pada titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi   harus kurang dari 10-8. Sedangkan reaksi redoks dengan elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam-oksida yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer.
 Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan.
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks.
Alat dan bahan:
·                     Buret
·                     Gelas kimia 500 ml
·                     Gelas ukur
·                     Pipet tetes
·                     Corong
·                     Neraca Analitik
·                     NaHCO3 0,15 gram
·                     Aquades
·                     HCl
·                     Kertas timbang
·                     Batang pengaduk
·                     Statip
·                     Klem
·                     pH meter
Cara kerja:
·                     timbang 0.15 gram NaHCO3, masukan kedalam gelas kimia 500 ml. Larutkan dengan 200 ml air.
·                     Titrasi dengan larutan HCl dan ukur pH larutan setiap penambahan 1 ml HCl hingga 25 ml.
·                     Buat grafik pH dan tentukan TE dan juga perhitungannya.


Hasil percobaan:

Volume HCl
pH
1 ml
8.7
2 ml
8.1
3 ml
7.9
4 ml
7.6
5 ml
7.5
6 ml
7.3
7 ml
7.2
8 ml
7.0
9 ml
6.9
10 ml
6.9
11 ml
6.8
12 ml
6.7
13 ml
6.6
14 ml
6.5
15 ml
6.5
16 ml
6.4
17 ml
6.6
18 ml
6.4
19 ml
6.4
20 ml
6.3
21 ml
6.3
22 ml
6.2
23 ml
6.2
24 ml
6.1
25 ml
6.0














Perhitungan:
MEK HCl : MEK NaHCO3             BE = Mr
MEK HCl : Mg/BE
MEK HCl: 152.4 / 84 = 1.8143
[HCl] : MEK HCl / V TE
[HCl] : 1.8143 / 7 = 0.2592 N
Kadar NaHCO3:
V TE + N HCl + BE / Mg sample x 100%
7 + 0.1 + 84 / 152.4 x 100% = 59.7769%
Grafik:
Kesimpulan:
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa Titik Ekivalen pada pemakaian titrasi HCl terdapat pada 7 ml. Grafik menunjukan penurunan dan ada yang meningkat pada volume 17 ml. Jadi, dalam percobaan ini tidak sesuai dengan yang diinginkan karena seharusnya menurun secara drastis. Konsentrasi HCl yang didapat adalah 0.2592 N. Dan kadar dari NaHCO3 sebanyak 59.7769%.